Rabu, 25 Maret 2020

Teman Tapi Sayang 'TTS' (Oneshoot #2)



Gimana sih rasanya punya sahabat rese tapi ngangenin banget kalau dia nggak ada? Itulah yang dirasakan Ganeeta, sedang menunggu telpon dari sang sahabat yang katanya pergi sebentar membeli es krim di toko langganannya.

"Kemana sih si goblok itu? Kalau dia nongol, gua tinju sampe mampus!" Kata Ganeeta berapi-api. Ganeeta tuh nggak bisa ditinggal barang sebentar saja sama sahabatnya, Arkan Sadewa. Cowok yang terkenal susah di dekati satu kampus, dan tak ada cewek yang berani mendekatinya karena Arkan terlalu cuek. Tapi hanya pada Ganeeta, Arkan selalu menunjukkan kasih sayangnya dan selalu menuruti apa kata cewek itu. Memang Arkan itu, jiwa babunya sangat tinggi.

Ganeeta yang sedang tiduran sambil mengetuk bosan layar ponselnya seketika meloncat kegirangan begitu pintu kamarnya terbuka. Bukannya disambut dengan pelukan hangat, Arkan malah mendapat sebuah bantal ke wajahnya yang dilempar oleh Ganeeta.

"Sialan lo! Kemana aja sih, lama banget beli es krim doang." Kata Ganeeta sambil menggerutu kesal. Bukannya marah karena tindakan kasar Ganeeta, Arkan malah tersenyum lembut sambil mendekat ke ranjang Ganeeta dimana cewek itu duduk disana.

"Tadi ngantri panjang banget, Gane. Lo tau kan es krim yang lo pengen itu lagi hits dan diincar satu Indonesia?"

Ganeeta mengusap wajah Arkan dengan telapak tangannya. "Lebay lo, pak ustadz. Udah siniin es krim gua nya." Arkan memberikan satu kantung yang isinya berbagai macam varian es krim. Sebenarnya bukan permintaan Ganeeta juga, dia tidak akan setega itu untuk menyuruh Arkan memborong semua es krim disana. Tapi terkadang Arkan sendiri yang sengaja membelikan banyak barang untuk Ganeeta, katanya biar dia tidak usah capek-capek beli keluar.

So sweet banget kan, sahabatnya satu ini?

Ganeeta mengambil satu es krim yang membuatnya sampai ngidam seperti ibu hamil. "Sisanya lo simpen di kulkas." Arkan mengangguk, lalu ia pergi keluar untuk menyimpan sisa es krimnya kedalam kulkas. Setelah itu Arkan kembali lagi ke kamar Ganeeta, duduk di kursi meja belajar cewek itu dan mengambil komik yang berada di rak buku.

"Semua cowok yang gue kenal pada suka main game, entah game online atau offline. Tapi lo doang yang nggak pernah main game dan malah seneng baca komik?" Cerocos Ganeeta dengan mulut yang belepotan. Arkan meliriknya, mengeluarkan sapu tangannya dan mengelap sisa es krim yang menempel di sekitar bibir Ganeeta.

Ganeeta yang hanya diam sambil menatap wajah Arkan yang sangat dekat dengan wajahnya itu berpikir. Arkan punya wajah yang tampan, selalu mendapat nilai A disetiap ujian mata kuliah apapun, selalu baik pada orang tua, tapi kenapa sahabatnya ini belum punya kekasih sama sekali?

"Ar," Panggil Ganeeta setelah ia menghabiskan es krimnya.

"Hmm," Sahut Arkan sambil matanya fokus pada komik Shingeki no Kyoujin yang menjadi favoritnya.

"Lo nggak ada niat punya pacar gitu?" Kini Ganeeta mengambil posisi tengkurap dengan kedua tangan yang menopang wajahnya.

"Nggak ada, nggak tertarik." Jawabnya acuh. Ganeeta menggeram kesal, "Ya harus tertarik lah! Lo itu cowok, kalau cowok nggak tertarik sama cewek itu namanya gay!"

Arkan menatapnya sebentar, lalu mengalihkan pandangannya lagi ke komik. "Oh gitu," Jawabnya datar. Ganeeta mengacak-acak rambutnya sebal. Pantas saja Arkan tidak pernah memiliki pacar karena sifat cueknya yang sudah sangat berbahaya. Atau jangan-jangan Arkan memang... gay?

"Ar, jangan bilang lo itu beneran gay ya?"

"Ngaco, lo." Jawabnya singkat. Ya, sesingkat dan sedatar itu mukanya.

"Ar, please, lo harus berubah. Gue nggak mau liat lo menutup diri lo terus kayak gini. Setidaknya lo harus coba untuk pacaran, walaupun cuma bertahan sebentar. Gue yakin lo bakal suka deh," Ganeeta sudah lelah berkali-kali menceramahinya dan menyuruhnya untuk perlahan membuka dirinya kepada orang lain. Karena selama ini lingkup sosial di sekitarnya hanya kedua orang tuanya, orangtua Ganeeta, dan tentu saja dirinya. Arkan bahkan tidak pernah mau berteman dengan orang lain, di kelas saja Arkan akan selalu mengambil tempat duduk disamping Ganeeta padahal saat itu sudah ada yang menempati kursi disebelahnya.

Arkan mengusirnya, mengusir teman Ganeeta yang sampai sekarang masih suka sakit hati dengan perlakuan Arkan padanya.

"Lo sendiri, emangnya lo udah punya pacar?" Tanya Arkan tiba-tiba sampai membuat Ganeeta terbatuk-batuk.

"Ya be-belum sih. Tapi setidaknya gue nggak kayak lo, gue punya mantan. Dan mantan gue itu cakep semua!" Kata Ganeeta dengan bangga.

"Ya intinya, lo sekarang juga jomblo kan?" Balas Arkan membuat Ganeeta seketika menutup rapat mulutnya. Skak mat. Ganeeta tidak bisa membalas Arkan karena apa yang dikatakan cowok itu memang benar.

"Karena lo jomblo dan gue jomblo, kenapa kita nggak pacaran aja?" Perkataan Devano sukses membuat Ganeeta menatapnya dengan tatapan aneh. Arkan mengatakannya tidak serius, kan?

"Lo nggak serius kan? Karena perkataan lo barusan bisa membuat seluruh dunia gempar, Ar."

"Serius, katanya lo mau liat gue berubah, punya pacar. Jadi sekarang gue lagi minta lo buat jadi pacar gue." Arkan berkata sambil menatap Ganeeta dengan wajah datarnya. Ganeeta menarik senyumnya ragu, tidak biasanya Arkan berkata blak-blakan seperti ini.

"Bercanda kan lo, gue nggak akan terbuai sama semua omongan lo. Sama sekali!"

"Terserah lo mau percaya atau nggak, yang pasti, lo mau jadi pacar gue?"

***
Ganeeta duduk di kursi jati sambil melihat langit yang sangat cerah dengan banyaknya burung yang terbang dengan cantiknya.

"Mamiii!" Panggil seorang anak kecil membuat Ganeeta menoleh. "Ada apa sayang?" Tanya Ganeeta sambil tersenyum lembut.

"Kak Deon makan es krim aku, Mi, nih!" Anak kecil berwajah gembul itu menunjukkan sebatang es krimnya yang terlihat tidak utuh lagi.

"Nggak apa-apa sayang. Kamu nggak boleh pelit sama Kak Deon, nanti Mami beliin lagi ya." Ganeeta menarik anak kecil itu kedalam pelukannya.

"Permisi, Tante." Ganeeta menoleh, melihat anak lelaki yang seumuran dengan putrinya berdiri di ambang pintu. "Deon, ada apa?" Tanya Ganeeta tersenyum. Deon anak kecil itu berjalan mendekat kearahnya dan memberikan kantung plastik yang dipegangnya.

"Ini Tante, Deon belikan es krim buat Queenza. Soalnya tadi Deon udah makan es krim Queenza sampai dia nangis," Ganeeta menerima kantung plastik tersebut dan membukanya. Ganeeta membulatkan matanya melihat es krim yang begitu banyak dengan berbagai varian rasa di dalamnya.

"Kamu membelikan semua ini buat Queen, Deon?" Tanya Ganeeta tak percaya. Deon mengangguk, "Iya Tante, disitu juga ada es krim yang Queenza sering minta sama Deon, makanya Deon belikan sekalian dengan rasa lainnya." 

Ganeeta sungguh tak menyangka dengan sikap dewasa Deon, padahal ia masih anak kecil. Ganeeta jadi teringat ketika dulu ia selalu rewel minta dibelikan es krim pada Arkan dan sahabatnya itu selalu membelikannya bukan pesanannya saja, tapi semua jenis es krim dia beli untuknya. Deon benar-benar duplikatnya Arkan sekali.

"Deon sudah bilang sama Mama kamu? Apa kamu nggak akan dimarahi Mama kamu kalau tau kamu membeli es krim sebanyak ini?'

"Enggak, Tante. Deon beli es krim ini dari uang tabungan Deon sendiri, jadi Mama nggak akan tau." Ganeeta sangat tersentuh dengan sikap Deon. Queenza yang menyembunyikan wajahnya di dada Ganeeta perlahan menoleh pada Deon.

"Queenza, aku minta maaf ya udah makan es krim kamu sampai kamu nangis." Kata Deon dengan dua tangan saling bertautan. Ganeeta tersenyum, lucu sekali tingkah malu-malu Deon. 

"Itu buat aku?" Tanya Queenza sambil menunjuk kantung plastik yang dipegang Ganeeta. Deon mengangguk, Queenza langsung menyambar kantung plastik itu dari Ganeeta. "Eh Queenza sayang, kalau ada orang yang memberi buat kamu, kamu harus bilang apa?" 

"Makasih, Kak Deon, buat es krimnya." Kata Queenza membuat senyum di wajah mungil Deon muncul. Ganeeta tersenyum ketika Queenza mengajak Deon untuk main ruang tengah. Masa kecil itu memang sangat menyenangkan, pikir Ganeeta.

Saat Ganeeta memalingkan wajahnya ke samping, sebuah buket bunga mawar terpampang dihadapannya. Ganeeta menoleh, menatap Arkan tersenyum padanya. "Buat kamu," Katanya sambil meletakkan buket bunga itu ke tangan Ganeeta.

Ganeeta melirik buket bunga itu dan Arkan secara bergantian. "Kamu ngasih buket bunga ke aku?" Arkan mengangguk dengan percaya diri. "Kenapa, kamu nggak suka? Mau aku belikan yang lain?" Tanya Arkan bingung.

Ganeeta meletakkan buket bunga itu diatas meja, dan menatap sang sahabat dengan kesal. "Aku maunya es krim, Arkan! Es krim!" 

Dahi Arkan berkerut bingung. "Jadi kamu bete sama suami kamu cuma gara-gara es krim?" Tanya Arkan tak percaya.

Ya, Ganeeta dan Arkan menikah dua tahun setelah lulus kuliah. Padahal sebelum menikah Arkan dan Ganeeta tidak pernah berpacaran. Hubungan mereka berdua mengalir begitu saja sampai saat dimana Arkan tiba-tiba datang ke rumahnya bersama orang tuanya berniat melamar Ganeeta. Syok? Tentu saja, Ganeeta hampir dibuat pingsan karena kelakuan frontal sahabatnya itu. Tapi Ganeeta terima-terima saja, karena ia sendiri sudah lelah berpacaran tapi ujung-ujungnya tidak ada yang serius. 

Makanya saat berita pernikahan mereka tersebar di telinga para teman-temannya, mereka sama sekali tidak percaya dan menuding Ganeeta telah membuat rumor palsu. Ganeeta masih ingat jelas bagaimana ekspresi teman-temannya saat ia dan Arkan menunjukkan cincin pertunangan di jari manis kami kepada mereka. Ada yang pingsan, dan ada juga yang mengoceh tak jelas. Yang pasti lika-liku perjalanan cintanya dengan Arkan sangat diluar dugaan.

"Aku lagi mau es krim sekarang, bukan bunga! Kamu selalu pulang bawa bunga sampai rumah rasanya sesak gara-gara bunga yang setiap hari kamu bawa. Aku mau es krim Arkan, sekarang." Ganeeta merengek seperti anak kecil. Namun Arkan hanya bisa menghela napas pasrah. Untung cinta, kalau tidak sudah Arkan buang Ganeeta ke rawa-rawa.

"Iya aku beliin, tapi pelukan sama ciumnya dulu?" Kata Arkan dengan senyum lebar. Setelah mereka menikah, Arkan yang awalnya irit bicara dan cuek menjadi lebih cerewet dan sangat perhatian pada Ganeeta, melebih saat mereka masih bersahabat dulu.

Ganeeta mendekat untuk mencium pipi Arkan lalu memeluk tubuh tinggi Arkan erat. "Aku udah menuhin keinginan kamu, sekarang kamu mau kan beliin aku es krim?" Kata Ganeeta dengan manja. 

"Iya iya aku beliin sekarang. Anything for you, Gane."

***
Huaaaaa akhirnyaaa update lagiii >.<
Garing? Maafin aja ya, baru dua kali bikin oneshoot wkwkwk
Setelah ini aku usahakan untuk update oneshoot lainnya secara teratur, gimana moodku aja sih :D

Terimakasih, sampai jumpa di oneshoot selanjutnya~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar