Sabtu, 02 Mei 2020

Imagination (Oneshoot #4)



Halooo aku balik bawa OS yg seger nihhh >.< Seseger aku kalau liat kamu keluar rumah buat olahraga pagi eaaaak :D

Happy reading y'all!

****

Seorang gadis berambut sebahu itu nampak serius menatap layar laptopnya di sudut cafe yang ramai. Siang itu ia sedang beristirahat sejenak sebelum berperang kembali dengan draft naskah yang belum ia kirimkan ke editornya. Gadis itu—Sophia namanya—adalah seorang penulis tetap di salah satu tempat penerbitan di Jakarta. Sophia sesekali membenarkan posisi kacamata bacanya yang merosot sambil membaca berita atau gosip yang sedang trending di Twitter.

Salah satu pelayan cafe menghampiri meja Sophia sambil membawa pesanannya. “Silahkan mbak, pesanannya,” kata pelayan itu dengan ramah. Sophia membalas senyum pelayan itu sebelum ia kembali sibuk menatap layar laptop kesayangannya. Sophia sangat tidak ingin ketinggalan gosip terhangat yang sedang trending di Twitter. Biasa, perempuan dan keingintahuannya.

Sophia menyesap kopi hangat yang ia pesan secara perlahan. Meminum kopi yang masih hangat secara perlahan dan mengkhayatinya dengan khidmat adalah kesenangan bagi Sophia sendiri. Ia bukan maniak kopi, tapi meski begitu, kopi adalah salah satu list minuman favoritnya setelah jus strawberry.

“Eh, lo udah tau belum beritanya?”

Sayup-sayup Sophia mendengar suara seorang anak remaja yang duduk tak jauh dari tempatnya.

“Berita apa sih?” sahut temannya penasaran.

“Itu loh vokalis band Darkness katanya mau tunangan sama pacarnya!” sambung si anak remaja yang memakai hoodie berwarna pink itu dengan heboh.

“Ah masa? Gue tau sih Alvero itu udah punya pacar, tapi gue belum liat tuh beritanya,” balas temannya tak percaya.

‘Berita terheboh kali ini datang dari penyanyi tanah air sekaligus vokalis dari band Darkness, Alvero, akhirnya mengumumkan tanggal pertunangannya dengan kekasihnya, Anya Selvia, model sekaligus aktris cantik yang sedang naik daun. Menurut informasi yang kami dapat, Alvero dan Anya akan melaksanakan pesta pertunangan yang tertutup di salah satu hotel bintang lima—’

“Tuh kan bener apa kata gue! Alvero mau tunangan sama pacarnya, Anya Selvia !” seru anak remaja berhoodie itu dengan antusias.

“Iih nggak rela gue! Masa Alvero beneran jadi sih sama si Anya itu? Pokonya gue nggak suka Alvero tunangan sama Anya!” seru temannya itu marah.

Sophia sendiri terlihat syok dengan berita di televisi cafe yang baru saja ia lihat. Jadi benar, Alvero akan bertunangan dengan Anya?

Sophia memalingkan wajahnya ke arah kaca cafe yang memperlihatkan pemandangan jalanan ibu kota. Tiba-tiba saja langit terlihat mendung, sama seperti perasaannya yang tiba-tiba menjadi mendung setelah melihat berita tentang Alvero tadi.

Sophia menghela napas panjang, entah mengapa ia merasa sedih. Padahal kenangan itu sudah lima tahun lamanya, tapi kenapa ia tidak bisa melupakan satu pun kenangan itu sama sekali dari ingatannya?

***

Lima tahun yang lalu

Gadis cantik itu tengah bersiap diri melihat pantulan dirinya dari kaca lemarinya. Gadis itu terlihat sangat puas dengan penampilannya kali ini. Kaos polos berwarna putih dengan celana jeans sebatas lutut membuat ia sangat nyaman memakainya.

“Sophia, ayo turun, sarapan.” Gadis yang dipanggil Sophia itu menoleh mendengar teriakan bundanya dari luar. Dengan tergesa, Sophia mengambil sling bag miliknya dan bergegas keluar dari kamar sebelum bundanya menghampirinya ke kamar dan berteriak menyuruhnya untuk segera keluar.

“Sarapan kali ini apa, Bun?” Sophia duduk di salah satu kursi dan meneteskan air liur melihat beberapa masakan yang tersaji membuat perutnya semakin bergejolak meminta jatahnya segera.

“Nasi goreng, telur mata sapi, ada juga itu sup taoge. Mau Bunda hangatkan lagi sup taogenya?”

Sophia menggeleng, “Nggak usah, Bun. Nasi goreng sama telur mata sapi udah cukup kok,” kata Sophia sambil tersenyum. Sophia mengambil nasi goreng yang masih hangat itu dan mengambil satu telur mata sapi keatas piringnya.

“Bismillahirrohmanirrohim, selamat makan Bunda.” Sophia memasukkan sesendok nasi goreng beserta telur mata sapi kedalam mulutnya dengan mata yang berbinar.

“Enak banget Bunda! Kayak masakan di restoran bintang lima!” seru Sophia terlalu berlebihan. Bunda hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah konyol putri semata wayangnya.

Sophia melihat banyaknya nasi goreng yang masih tersisa di mangkuk besar. “Banyak banget Bun, bikin nasi gorengnya?” tanya Sophia. Biasanya bundanya tidak pernah memasak banyak karena hanya ia dan bunda yang makan.

“Oh katanya Ayah mau pulang hari ini. Jadi Bunda masaknya porsinya dibanyakin sedikit,” jelas bunda dengan senyum bahagia di wajahnya. Sophia tersenyum kecut, “Masih inget rumah, Ayah? Sophie kira Ayah udah nggak tau jalan pulang.”

“Hush, kamu nggak boleh bicara seperti itu, Sophie! Dia kan Ayah kamu, orang tua kamu, seharusnya kamu bisa lebih menghormatinya.” Bunda menegur Sophia tegas. Sophia tidak menjawabnya dan lebih memilih memakan kembali sarapannya. Bunda melihat putri semata wayangnya itu dengan perasaan sedih. Wajar jika Sophia bertingkah seperti itu kepada ayahnya, karena ia sudah sering dibuat kecewa oleh ayahnya, sosok yang selama ini Sophia kira adalah pahlawannya.

“Sophie berangkat dulu, Bun.” Sophia memakai sling bagnya dan mencium tangan bundanya sebelum ia keluar dari rumah. Sophia trsenyum senang tatkala melihat ojek online yang ia pesan untuk mengantarnya ke suatu tempat sudah berada di depan rumahnya. Tak butuh waktu lama untuk kendaraan beroda dua itu menyalip kendaraan lainnya di padatnya jalanan Jakarta di siang menjelang sore hari.

***

“Makasih ya, Bang.” Setelah membayar ojek online tadi, Sophia melihat ke sekitarnya mencari sesuatu disana. Ia tersenyum senang ketika melihat ratusan orang yang sedang mengantre di pintu masuk sebuah venue yang biasanya menjadi tempat untuk konser para penyanyi tanah air maupun internasional.

Sophia ikut mengantre di antrian panjang itu ditengah cuaca terik siang hari. Namun semua itu tak menjadi penghalang bagi Sophia untuk dapat bertemu dengan sang idola, Alvero. Konser band Darkness ini adalah konser yang sangat ditunggu-tunggu oleh Dorkey, julukan fans band Darkness termasuk juga Sophia. Jauh-jauh hari setelah konser ini diumumkan, Sophia langsung membeli tiketnya yang paling depan agar bisa melihat anggota Darkness terutama Alvero lebih dekat.

Setelah mengantre berjam-jam, akhirnya Sophia bisa masuk kedalam venue besar itu. Sophia langsung mengambil tempatnya di paling depan, ia takut jika tidak segera di tempati, maka nanti ada orang yang menyerobot dan menempati tempatnya. Sophia mengeluarkan sebuah bando bertuliskan ‘Alvero’ itu dan memakainya di kepala. Sebelum konser di mulai, Sophia mengabadikan momen tersebut dengan berswafoto dengan ciri khas gayanya.

Tak lama setelah itu lampu yang tadi menyalapun mati. Sophia memekik kegirangan ketika intro lagu Darkness mulai terdengar. Bukan hanya Sophia saja, tapi seluruh fans yang berada disana juga meneriakkan satu per satu nama anggota Darkness dengan histeris.

Setelah itu lampu yang tadi padam menyala kembali dan muncul angoota Darkness yang menampilkan lagu pertamanya sebagai pembuka di konsernya. Adrian pada drum, Cello pada bass, Jaju pada gitar, dan yang pastinya vokalis utamanya, Alvero yang dapat membuat semua perempuan yang melihatnya mati berdiri.

“Arghhh! Alvero! Alverooo!” Sophia berteriak histeris.Beruntungnya Sophia ketika ia meneriakkan nama Alvero, lelaki itu menoleh ke arahnya sambil tersenyum manis membuat kinerja jantung Sophia tak beraturan. Setelah menyanyikan satu lagu pembuka, Darkness istirahat sejenak sambil mengobrol santai dengan para fansnya.

“Apa kabar Dorkey semuaa?” sapa Alvero membuat satu venue berteriak histeris.

“Tadi baru satu lagu yang kami tampilkan. Tapi masih banyak lagu yang akan kami bawakan untuk kalian, jadi apakah Dorkey masih semangat?” Alvero mengangkat mic di tangannya ke arah fans.

“Iyaaa!” jawab Sophia dan fans lainnya histeris. Sophia benar-benar tidak menyangka hari dimana ia bisa melihat secara dekat Alvero akan tiba. Sejak duduk dibangku sekolah menengah atas, Sophia sudah mengidolakan Darkness, terutama Alvero. Namun baru di umurnya yang ke sembilan belas, ia dapat berkesempatan untuk menonton secara langsung konser Darkness dan dapat tempat paling depan.

“Lagu kedua akan bertemakan tentang cinta. Disini siapa yang udah punya pacar dan cinta banget sama pacarnya?”

“Wohoooo!” teriak fans histeris.

“Lagu ini saya ciptakan tentang seseorang yang sangat mencintai pacarnya dan menuangkan rasa cintanya itu kedalam sebuah lagu. Siap-siap ya Dorkey, ada kejutan special untuk kalian nanti.” Alvero mengedipkan sebelah matanya membuat teriakan fans semakin tak terkendali.

Sophia hanya bisa menganga melihat ketampanan Alvero yang bisa memebuat hidungnya mimisan. Suara musik mulai terdengar, lampu kembali padam, namun digantikan dengan lighting yang lebih soft dan bernuansa romantis.

“Ketika mata kita saling bertemu ….” Alvero menyanyikan bait pertama dengan penuh penghayatan. Sophia ikut terhanyut mendengar suara merdu Alvero di telinganya. Sophia jadi merasa kalau Alvero sedang bernyanyi bukan untuk fans lainnya, tapi hanya untuknya.

“Aku mulai jatuh hati padamu ….” Alvero berjalan semakin mendekat ke sisi depan panggung untuk menyapa para fans yang berteriak seperti cacing kepanasan.

Tiba-tiba dipertengahan lagu musiknya berhenti, digantikan dengan instrumental gitar yang membuat nuansa semakin terasa romantis. “Ini adalah kejutan special buat kalian. Saya akan membawa satu fans yang beruntung untuk bernyanyi bersama saya di atas panggung,” kata Alvero membuat semua fans langsung histeris tak terkecuali Sophia.

Saat Alvero kembali mendekat ke sisi depan panggung, Sophia ikut berteriak sekencang-kencangnya agar Alvero memilihnya. Jantung Sophia berdebar tak karuan begitu melihat Alvero berjalan mendekat ke arahnya. Namun sepertinya ia harus menelan kekecewaannya karena Alvero hanya berjalan melewatinya. Sophia menundukkan kepalanya sedih, namun ia kembali mengangkat wajahnya ketika mendengar teriakan fans yang menggila disusul dengan sebuah tangan yang mengulur ke arahnya.

Sophia diam seperti batu, antara percaya dan tidak percaya akan dipilih oleh Alvero langsung. Alvero kembali menggerakkan tangannya, meminta Sophia agar menerima ajakannya untuk ke atas panggung. Setelah kesadarannya sedikit terkumpul, Sophia menerima ajakan Alvero dan memegang tangan Alvero agar lelaki itu bisa membantunya untuk naik ke atas panggung. Semua fans yang ada disana berteriak iri. Tangan Alvero masih menggenggam tangannya, membuat Sophia menahan napas gugup.

“Nah Dorkey inilah yang beruntung. Jadi kalau boleh tau, siapa namanya?” tanya Alvero sambil menatap Sophia dengan lembut, namun tangannya masih tetap menggenggam tangan Sophia erat.

“Eh? Uhm … So-Sophia,” jawab Sophia gugup. Alvero tersenyum manis membuat jantung Sophia berdetak tiga kali lebih cepat.

“Sophia asal darimana nih? Siapa tau kan kalau rumahnya deket bisa main kesana,” goda Alvero membuat semua fans disana berteriak histeris.

“Sa-saya tinggal di Kebayoran Baru.”

“Wah sayang jauh banget, jadi nggak bisa ngapel deh ke rumahnya Sophia,” canda Alvero membuat perasaan Sophia menjadi tak karuan. 

“Ya udah daripada kalian nunggu kelamaan, kami akan nyanyikan lagu ini persembahan untuk seluruh Dorkey yang ada di venue ataupun yang ada di rumah.” Perlahan alunan gitar berubah diiringi dengan alat musik lainnya.

Alvero menyanyikan lagunya dimulai dari verse kedua, sebelumnya Sophia sudah diberikan mic oleh kru disana. Ketika lagu masuk reff, genggaman Alvero semakin erat membuat Sophia menjadi sangat gugup. Untung saja lidahnya tidak terpeleset saat bernyanyi bersama tadi, kalau sampai itu terjadi pasti itu akan membuat Alvero malu. Setelah reff, lagu mulai masuk pada puncak akhir. Awalnya 
Sophia tidak mengira Alvero akan melakukan hal itu tapi tanpa diduga-duga tangan Alvero yang awalnya hanya menggenggam tangannya malah melepasnya dan beralih untuk memeluk bahu Sophia.

Langsung saja perbuatan romantis yang tidak diduga-duga itu pun membuat para fans yang melihatnya iri. Alvero dengan santainya merangkul bahu Sophia mesra, tanpa menyadari bahwa di sampingnya Sophia tengah berjuang melawan rasa gugup plus detak jantungnya yang semakin menjadi.

Saat ending lagu, Alvero tiba-tiba saja mengecup punggung tangan Sophia lalu setelah itu ia tersenyum manis pada Sophia. Ia benar-benar tak habis pikir, apa benar sifat Alvero sangat seromantis ini? Jika iya, betapa beruntungmya kekasihnya nanti siapapun itu. Sophia sungguh tidak akan pernah melupakan kenangan indah ini sampai ia mati. Ini adalah kenangan yang sangat membuatnya melayang hingga langit ke tujuh.

***

Sophia menatap seorang wanita berambut pendek itu dengan wajah yang tenang.

“Hmm … jadi cerita lo ini berdasarkan kisah nyata, gitu?” tanya wanita berambut pendek itu sambil membaca tumpukan kertas di tangannya dengan serius.

Sophia mengangguk mantap, “Yaps,” jawabnya dengan senyum tipis di wajahnya.

Wanita berambut pendek itu melepas kacamata bacanya dan menatap Sophia dengan alis saling bertautan. “Dan di paragraf pertama itu bukan khayalan lo, tapi kejadian sebenarnya?”

Lagi, Sophia mengangguk dengan cepat. “Iya, waktu gue nulis cerita ini, gue lagi di cafe sebrang kantor itu, yang di depan itu. Terus waktu gue lagi stuck buat nulis, tiba-tiba ada berita tentang band Darkness ini yang katanya mau ngeluarin single baru. Dan begitulah, ide mengalir begitu aja,” jelas Sophia dengan sangat rinci.

Wanita berambut pendek itu mengusap wajahnya lelah. “Dan tentang pertunangan si Alvero sama Anya Selvia ini, bohongan?”

Sophia mengangguk kembali, “Iya, semua gosip tentang Alvero sama Anya tunangan itu hasil karangan gue. Keren, kan?” kata Sophia sambil menaik-turunkan alisnya.

“Keren gigi neptunus gendut! Ini mah bukan keren, Sophie, yang ada bikin pusing pembaca nantinya,” kata wanita berambut pendek itu frustasi.

Sophia mendengus tak percaya. “Lulu, editor yang paling cantik dan baik hati. Gini ya, dimana letak cerita gue yang bisa bikin pembaca pusing? Ini cuma cerita roman picisan loh, belum kayak genre sci-fi atau thriller dan semacamnya.”

Lulu, si wanita berambut pendek itu menghela napas lelah. “Letak kesalahan lo itu ketika lo ngekhayal kalau Alvero itu punya pacar dan pecinta wanita which is, itu sama sekali nggak bener! Alvero itu gay, Sophie, dia sendiri yang mengumumkannya di depan awak media loh!” seru Lulu sambil merentangkan kedua tangannya kesamping dengan kedua mata yang membulat sempurna.

Sophia berdecak sebal. “Ya nggak masalah dong, itu kan cuma khayalan gue doang. Lagian kenapa sih gitu aja dipermasalahkan? Toh cerita gue ini nggak akan membuat orang lain terutama Alvero sendiri rugi,” balas Sophia tak mau kalah.

Lulu menghela napas pasrah, dan mengangkat kedua tangannya ke udara tanda menyerah. “Terus lo itu beneran fansnya band Darkness?” tanya Lulu. Sophia menganggukkan kepalanya antusias.

“Iya dong, fans nomor satu! Bias gue itu Alvero, teteup di hati.” Sophia tertawa membuat Lulu pun ikut tertawa.

“Terus gimana kalau cerita lo ini di terbitkan dan sampai ke telinga Darkness? Khususnya Alvero?”

“Gue nggak mikir sejauh itu sih. Cuma kalau itu sampai terjadi, gue sih seneng-seneng aja. Siapa tau dengan hasil imajinasi gue, gue bisa ketemu langsung sama Alvero kayak di cerita karangan gue ini?” kata Sophia sambil tersenyum lebar penuh harap.

“Ya terserah lo deh. Nanti naskahnya gue rundingin lagi sama yang lainnya.”

“Oke, siap!” sahut Sophia sambil mengangkat ibu jarinya. Setelah kepergian Lulu, Sophia duduk termenung sambil memikirkan kembali perkataan sang editornya tadi.

Benar juga, sampai detik dimana Lulu memberitahunya tentang Alvero, Sophia tidak akan pernah menyadari bahwa segala kemungkinan Alvero mengetahui tentang novelnya itu bisa saja terjadi. 
Apalagi ia sedikit menambahkan karangannya tentang Alvero yang sama sekali tidak benar, contohnya Alvero adalah seorang yang sangat mencintai tunangannya, alias Anya Selvia.

Jika saja itu terjadi, Sophia tidak mempermasalahkan itu. Ia akan sangat senang jika Alvero membaca ceritanya. Siapa tau mereka akan di takdirkan untuk bertemu suatu hari nanti berkat cerita imajinasinya itu. Memikirkan segala kemungkinan itu membuat Sophia tidak bisa menutupi rasa bahagianya.


****

Sampai jumpa di OS selanjutnya~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar