Halooo aku balik bawa OS yg seger nihhh >.< Seseger aku kalau liat kamu keluar rumah buat olahraga pagi eaaaak :D
Happy reading y'all!
****
Seorang
gadis berambut sebahu itu nampak serius menatap layar laptopnya di sudut cafe
yang ramai. Siang itu ia sedang beristirahat sejenak sebelum berperang kembali dengan
draft naskah yang belum ia kirimkan ke editornya. Gadis itu—Sophia
namanya—adalah seorang penulis tetap di salah satu tempat penerbitan di
Jakarta. Sophia sesekali membenarkan posisi kacamata bacanya yang merosot
sambil membaca berita atau gosip yang sedang trending di Twitter.
Salah satu
pelayan cafe menghampiri meja Sophia sambil membawa pesanannya. “Silahkan mbak,
pesanannya,” kata pelayan itu dengan ramah. Sophia membalas senyum pelayan itu
sebelum ia kembali sibuk menatap layar laptop kesayangannya. Sophia sangat
tidak ingin ketinggalan gosip terhangat yang sedang trending di Twitter. Biasa,
perempuan dan keingintahuannya.
Sophia
menyesap kopi hangat yang ia pesan secara perlahan. Meminum kopi yang masih
hangat secara perlahan dan mengkhayatinya dengan khidmat adalah kesenangan bagi
Sophia sendiri. Ia bukan maniak kopi, tapi meski begitu, kopi adalah salah satu
list minuman favoritnya setelah jus strawberry.
“Eh, lo
udah tau belum beritanya?”
Sayup-sayup
Sophia mendengar suara seorang anak remaja yang duduk tak jauh dari tempatnya.
“Berita apa
sih?” sahut temannya penasaran.
“Itu loh
vokalis band Darkness katanya mau tunangan sama pacarnya!” sambung si anak
remaja yang memakai hoodie berwarna pink itu dengan heboh.
“Ah masa?
Gue tau sih Alvero itu udah punya pacar, tapi gue belum liat tuh beritanya,”
balas temannya tak percaya.
‘Berita
terheboh kali ini datang dari penyanyi tanah air sekaligus vokalis dari band
Darkness, Alvero, akhirnya mengumumkan tanggal pertunangannya dengan
kekasihnya, Anya Selvia, model sekaligus aktris cantik yang sedang naik daun.
Menurut informasi yang kami dapat, Alvero dan Anya akan melaksanakan pesta
pertunangan yang tertutup di salah satu hotel bintang lima—’
“Tuh kan
bener apa kata gue! Alvero mau tunangan sama pacarnya, Anya Selvia !” seru anak
remaja berhoodie itu dengan antusias.
“Iih nggak
rela gue! Masa Alvero beneran jadi sih sama si Anya itu? Pokonya gue nggak suka
Alvero tunangan sama Anya!” seru temannya itu marah.
Sophia
sendiri terlihat syok dengan berita di televisi cafe yang baru saja ia lihat. Jadi
benar, Alvero akan bertunangan dengan Anya?
Sophia
memalingkan wajahnya ke arah kaca cafe yang memperlihatkan pemandangan jalanan
ibu kota. Tiba-tiba saja langit terlihat mendung, sama seperti perasaannya yang
tiba-tiba menjadi mendung setelah melihat berita tentang Alvero tadi.
Sophia
menghela napas panjang, entah mengapa ia merasa sedih. Padahal kenangan itu
sudah lima tahun lamanya, tapi kenapa ia tidak bisa melupakan satu pun kenangan
itu sama sekali dari ingatannya?
***
Lima
tahun yang lalu
Gadis
cantik itu tengah bersiap diri melihat pantulan dirinya dari kaca lemarinya.
Gadis itu terlihat sangat puas dengan penampilannya kali ini. Kaos polos
berwarna putih dengan celana jeans sebatas lutut membuat ia sangat nyaman
memakainya.
“Sophia,
ayo turun, sarapan.” Gadis yang dipanggil Sophia itu menoleh mendengar teriakan
bundanya dari luar. Dengan tergesa, Sophia mengambil sling bag miliknya dan
bergegas keluar dari kamar sebelum bundanya menghampirinya ke kamar dan
berteriak menyuruhnya untuk segera keluar.
“Sarapan
kali ini apa, Bun?” Sophia duduk di salah satu kursi dan meneteskan air liur
melihat beberapa masakan yang tersaji membuat perutnya semakin bergejolak
meminta jatahnya segera.
“Nasi
goreng, telur mata sapi, ada juga itu sup taoge. Mau Bunda hangatkan lagi sup
taogenya?”
Sophia
menggeleng, “Nggak usah, Bun. Nasi goreng sama telur mata sapi udah cukup kok,”
kata Sophia sambil tersenyum. Sophia mengambil nasi goreng yang masih hangat
itu dan mengambil satu telur mata sapi keatas piringnya.
“Bismillahirrohmanirrohim,
selamat makan Bunda.” Sophia memasukkan sesendok nasi goreng beserta telur mata
sapi kedalam mulutnya dengan mata yang berbinar.
“Enak
banget Bunda! Kayak masakan di restoran bintang lima!” seru Sophia terlalu
berlebihan. Bunda hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah
konyol putri semata wayangnya.
Sophia
melihat banyaknya nasi goreng yang masih tersisa di mangkuk besar. “Banyak
banget Bun, bikin nasi gorengnya?” tanya Sophia. Biasanya bundanya tidak pernah
memasak banyak karena hanya ia dan bunda yang makan.
“Oh
katanya Ayah mau pulang hari ini. Jadi Bunda masaknya porsinya dibanyakin
sedikit,” jelas bunda dengan senyum bahagia di wajahnya. Sophia tersenyum
kecut, “Masih inget rumah, Ayah? Sophie kira Ayah udah nggak tau jalan pulang.”
“Hush,
kamu nggak boleh bicara seperti itu, Sophie! Dia kan Ayah kamu, orang tua kamu,
seharusnya kamu bisa lebih menghormatinya.” Bunda menegur Sophia tegas. Sophia
tidak menjawabnya dan lebih memilih memakan kembali sarapannya. Bunda melihat
putri semata wayangnya itu dengan perasaan sedih. Wajar jika Sophia bertingkah
seperti itu kepada ayahnya, karena ia sudah sering dibuat kecewa oleh ayahnya,
sosok yang selama ini Sophia kira adalah pahlawannya.
“Sophie
berangkat dulu, Bun.” Sophia memakai sling bagnya dan mencium tangan bundanya
sebelum ia keluar dari rumah. Sophia trsenyum senang tatkala melihat ojek
online yang ia pesan untuk mengantarnya ke suatu tempat sudah berada di depan
rumahnya. Tak butuh waktu lama untuk kendaraan beroda dua itu menyalip
kendaraan lainnya di padatnya jalanan Jakarta di siang menjelang sore hari.
***
“Makasih
ya, Bang.” Setelah membayar ojek online tadi, Sophia melihat ke sekitarnya
mencari sesuatu disana. Ia tersenyum senang ketika melihat ratusan orang yang
sedang mengantre di pintu masuk sebuah venue yang biasanya menjadi tempat untuk
konser para penyanyi tanah air maupun internasional.
Sophia
ikut mengantre di antrian panjang itu ditengah cuaca terik siang hari. Namun
semua itu tak menjadi penghalang bagi Sophia untuk dapat bertemu dengan sang
idola, Alvero. Konser band Darkness ini adalah konser yang sangat
ditunggu-tunggu oleh Dorkey, julukan fans band Darkness termasuk juga Sophia.
Jauh-jauh hari setelah konser ini diumumkan, Sophia langsung membeli tiketnya
yang paling depan agar bisa melihat anggota Darkness terutama Alvero lebih
dekat.
Setelah
mengantre berjam-jam, akhirnya Sophia bisa masuk kedalam venue besar itu.
Sophia langsung mengambil tempatnya di paling depan, ia takut jika tidak segera
di tempati, maka nanti ada orang yang menyerobot dan menempati tempatnya.
Sophia mengeluarkan sebuah bando bertuliskan ‘Alvero’ itu dan memakainya di kepala.
Sebelum konser di mulai, Sophia mengabadikan momen tersebut dengan berswafoto
dengan ciri khas gayanya.
Tak lama
setelah itu lampu yang tadi menyalapun mati. Sophia memekik kegirangan ketika
intro lagu Darkness mulai terdengar. Bukan hanya Sophia saja, tapi seluruh fans
yang berada disana juga meneriakkan satu per satu nama anggota Darkness dengan
histeris.
Setelah
itu lampu yang tadi padam menyala kembali dan muncul angoota Darkness yang
menampilkan lagu pertamanya sebagai pembuka di konsernya. Adrian pada drum,
Cello pada bass, Jaju pada gitar, dan yang pastinya vokalis utamanya, Alvero
yang dapat membuat semua perempuan yang melihatnya mati berdiri.
“Arghhh!
Alvero! Alverooo!” Sophia berteriak histeris.Beruntungnya Sophia ketika ia
meneriakkan nama Alvero, lelaki itu menoleh ke arahnya sambil tersenyum manis
membuat kinerja jantung Sophia tak beraturan. Setelah menyanyikan satu lagu
pembuka, Darkness istirahat sejenak sambil mengobrol santai dengan para
fansnya.
“Apa
kabar Dorkey semuaa?” sapa Alvero membuat satu venue berteriak histeris.
“Tadi
baru satu lagu yang kami tampilkan. Tapi masih banyak lagu yang akan kami
bawakan untuk kalian, jadi apakah Dorkey masih semangat?” Alvero mengangkat mic
di tangannya ke arah fans.
“Iyaaa!”
jawab Sophia dan fans lainnya histeris. Sophia benar-benar tidak menyangka hari
dimana ia bisa melihat secara dekat Alvero akan tiba. Sejak duduk dibangku
sekolah menengah atas, Sophia sudah mengidolakan Darkness, terutama Alvero.
Namun baru di umurnya yang ke sembilan belas, ia dapat berkesempatan untuk
menonton secara langsung konser Darkness dan dapat tempat paling depan.
“Lagu
kedua akan bertemakan tentang cinta. Disini siapa yang udah punya pacar dan
cinta banget sama pacarnya?”
“Wohoooo!”
teriak fans histeris.
“Lagu
ini saya ciptakan tentang seseorang yang sangat mencintai pacarnya dan
menuangkan rasa cintanya itu kedalam sebuah lagu. Siap-siap ya Dorkey, ada
kejutan special untuk kalian nanti.” Alvero mengedipkan sebelah matanya membuat
teriakan fans semakin tak terkendali.
Sophia
hanya bisa menganga melihat ketampanan Alvero yang bisa memebuat hidungnya
mimisan. Suara musik mulai terdengar, lampu kembali padam, namun digantikan
dengan lighting yang lebih soft dan bernuansa romantis.
“Ketika
mata kita saling bertemu ….” Alvero menyanyikan bait pertama dengan penuh
penghayatan. Sophia ikut terhanyut mendengar suara merdu Alvero di telinganya.
Sophia jadi merasa kalau Alvero sedang bernyanyi bukan untuk fans lainnya, tapi
hanya untuknya.
“Aku
mulai jatuh hati padamu ….” Alvero berjalan semakin mendekat ke sisi depan
panggung untuk menyapa para fans yang berteriak seperti cacing kepanasan.
Tiba-tiba
dipertengahan lagu musiknya berhenti, digantikan dengan instrumental gitar yang
membuat nuansa semakin terasa romantis. “Ini adalah kejutan special buat
kalian. Saya akan membawa satu fans yang beruntung untuk bernyanyi bersama saya
di atas panggung,” kata Alvero membuat semua fans langsung histeris tak
terkecuali Sophia.
Saat
Alvero kembali mendekat ke sisi depan panggung, Sophia ikut berteriak
sekencang-kencangnya agar Alvero memilihnya. Jantung Sophia berdebar tak karuan
begitu melihat Alvero berjalan mendekat ke arahnya. Namun sepertinya ia harus
menelan kekecewaannya karena Alvero hanya berjalan melewatinya. Sophia
menundukkan kepalanya sedih, namun ia kembali mengangkat wajahnya ketika
mendengar teriakan fans yang menggila disusul dengan sebuah tangan yang
mengulur ke arahnya.
Sophia
diam seperti batu, antara percaya dan tidak percaya akan dipilih oleh Alvero
langsung. Alvero kembali menggerakkan tangannya, meminta Sophia agar menerima
ajakannya untuk ke atas panggung. Setelah kesadarannya sedikit terkumpul, Sophia
menerima ajakan Alvero dan memegang tangan Alvero agar lelaki itu bisa membantunya
untuk naik ke atas panggung. Semua fans yang ada disana berteriak iri. Tangan
Alvero masih menggenggam tangannya, membuat Sophia menahan napas gugup.
“Nah
Dorkey inilah yang beruntung. Jadi kalau boleh tau, siapa namanya?” tanya
Alvero sambil menatap Sophia dengan lembut, namun tangannya masih tetap
menggenggam tangan Sophia erat.
“Eh? Uhm
… So-Sophia,” jawab Sophia gugup. Alvero tersenyum manis membuat jantung Sophia
berdetak tiga kali lebih cepat.
“Sophia
asal darimana nih? Siapa tau kan kalau rumahnya deket bisa main kesana,” goda
Alvero membuat semua fans disana berteriak histeris.
“Sa-saya
tinggal di Kebayoran Baru.”
“Wah
sayang jauh banget, jadi nggak bisa ngapel deh ke rumahnya Sophia,” canda
Alvero membuat perasaan Sophia menjadi tak karuan.
“Ya udah daripada kalian
nunggu kelamaan, kami akan nyanyikan lagu ini persembahan untuk seluruh Dorkey
yang ada di venue ataupun yang ada di rumah.” Perlahan alunan gitar berubah
diiringi dengan alat musik lainnya.
Alvero
menyanyikan lagunya dimulai dari verse kedua, sebelumnya Sophia sudah diberikan
mic oleh kru disana. Ketika lagu masuk reff, genggaman Alvero semakin erat
membuat Sophia menjadi sangat gugup. Untung saja lidahnya tidak terpeleset saat
bernyanyi bersama tadi, kalau sampai itu terjadi pasti itu akan membuat Alvero
malu. Setelah reff, lagu mulai masuk pada puncak akhir. Awalnya
Sophia tidak
mengira Alvero akan melakukan hal itu tapi tanpa diduga-duga tangan Alvero yang
awalnya hanya menggenggam tangannya malah melepasnya dan beralih untuk memeluk
bahu Sophia.
Langsung
saja perbuatan romantis yang tidak diduga-duga itu pun membuat para fans yang
melihatnya iri. Alvero dengan santainya merangkul bahu Sophia mesra, tanpa
menyadari bahwa di sampingnya Sophia tengah berjuang melawan rasa gugup plus
detak jantungnya yang semakin menjadi.
Saat
ending lagu, Alvero tiba-tiba saja mengecup punggung tangan Sophia lalu setelah
itu ia tersenyum manis pada Sophia. Ia benar-benar tak habis pikir, apa benar
sifat Alvero sangat seromantis ini? Jika iya, betapa beruntungmya kekasihnya
nanti siapapun itu. Sophia sungguh tidak akan pernah melupakan kenangan indah
ini sampai ia mati. Ini adalah kenangan yang sangat membuatnya melayang hingga
langit ke tujuh.
***
Sophia
menatap seorang wanita berambut pendek itu dengan wajah yang tenang.
“Hmm … jadi
cerita lo ini berdasarkan kisah nyata, gitu?” tanya wanita berambut pendek itu
sambil membaca tumpukan kertas di tangannya dengan serius.
Sophia
mengangguk mantap, “Yaps,” jawabnya dengan senyum tipis di wajahnya.
Wanita
berambut pendek itu melepas kacamata bacanya dan menatap Sophia dengan alis
saling bertautan. “Dan di paragraf pertama itu bukan khayalan lo, tapi kejadian
sebenarnya?”
Lagi,
Sophia mengangguk dengan cepat. “Iya, waktu gue nulis cerita ini, gue lagi di
cafe sebrang kantor itu, yang di depan itu. Terus waktu gue lagi stuck buat
nulis, tiba-tiba ada berita tentang band Darkness ini yang katanya mau
ngeluarin single baru. Dan begitulah, ide mengalir begitu aja,” jelas Sophia
dengan sangat rinci.
Wanita berambut
pendek itu mengusap wajahnya lelah. “Dan tentang pertunangan si Alvero sama
Anya Selvia ini, bohongan?”
Sophia
mengangguk kembali, “Iya, semua gosip tentang Alvero sama Anya tunangan itu
hasil karangan gue. Keren, kan?” kata Sophia sambil menaik-turunkan alisnya.
“Keren gigi
neptunus gendut! Ini mah bukan keren, Sophie, yang ada bikin pusing pembaca
nantinya,” kata wanita berambut pendek itu frustasi.
Sophia
mendengus tak percaya. “Lulu, editor yang paling cantik dan baik hati. Gini ya,
dimana letak cerita gue yang bisa bikin pembaca pusing? Ini cuma cerita roman
picisan loh, belum kayak genre sci-fi atau thriller dan semacamnya.”
Lulu, si
wanita berambut pendek itu menghela napas lelah. “Letak kesalahan lo itu ketika
lo ngekhayal kalau Alvero itu punya pacar dan pecinta wanita which is,
itu sama sekali nggak bener! Alvero itu gay, Sophie, dia sendiri yang
mengumumkannya di depan awak media loh!” seru Lulu sambil merentangkan kedua
tangannya kesamping dengan kedua mata yang membulat sempurna.
Sophia berdecak
sebal. “Ya nggak masalah dong, itu kan cuma khayalan gue doang. Lagian kenapa
sih gitu aja dipermasalahkan? Toh cerita gue ini nggak akan membuat orang lain
terutama Alvero sendiri rugi,” balas Sophia tak mau kalah.
Lulu
menghela napas pasrah, dan mengangkat kedua tangannya ke udara tanda menyerah.
“Terus lo itu beneran fansnya band Darkness?” tanya Lulu. Sophia menganggukkan
kepalanya antusias.
“Iya dong,
fans nomor satu! Bias gue itu Alvero, teteup di hati.” Sophia tertawa membuat
Lulu pun ikut tertawa.
“Terus
gimana kalau cerita lo ini di terbitkan dan sampai ke telinga Darkness?
Khususnya Alvero?”
“Gue nggak
mikir sejauh itu sih. Cuma kalau itu sampai terjadi, gue sih seneng-seneng aja.
Siapa tau dengan hasil imajinasi gue, gue bisa ketemu langsung sama Alvero
kayak di cerita karangan gue ini?” kata Sophia sambil tersenyum lebar penuh
harap.
“Ya
terserah lo deh. Nanti naskahnya gue rundingin lagi sama yang lainnya.”
“Oke,
siap!” sahut Sophia sambil mengangkat ibu jarinya. Setelah kepergian Lulu,
Sophia duduk termenung sambil memikirkan kembali perkataan sang editornya tadi.
Benar juga,
sampai detik dimana Lulu memberitahunya tentang Alvero, Sophia tidak akan
pernah menyadari bahwa segala kemungkinan Alvero mengetahui tentang novelnya
itu bisa saja terjadi.
Apalagi ia sedikit menambahkan karangannya tentang
Alvero yang sama sekali tidak benar, contohnya Alvero adalah seorang yang
sangat mencintai tunangannya, alias Anya Selvia.
Jika saja
itu terjadi, Sophia tidak mempermasalahkan itu. Ia akan sangat senang jika
Alvero membaca ceritanya. Siapa tau mereka akan di takdirkan untuk bertemu
suatu hari nanti berkat cerita imajinasinya itu. Memikirkan segala kemungkinan
itu membuat Sophia tidak bisa menutupi rasa bahagianya.
****
Sampai jumpa di OS selanjutnya~


Tidak ada komentar:
Posting Komentar